Marinir Thailand Perkuat Persenjataan Militernya Dari Israel

Korps Marinir Thailand (Royal Thai Marine Corps) resmi mengakuisisi sistem meriam swagerak (self-propelled gun-howitzer) kaliber 155 mm untuk melindungi wilayah perbatasan timur Negara Gajah Putih dengan Kamboja.

Kontrak antara AL Thailand dengan Elbit Systems selaku produsen sistem howitzer 155mm L/52 autonomous truck mounted gun (ATMG) dilakukan pada 23 Maret 2018 di Bangkok, Thailand. Kontrak bernilai sekitar 26,3 juta dolar AS itu akan diikuti dengan pengiriman sistem SPH dalam waktu 28 bulan ke depan.


Sesuai perjanjian imbal beli, Thailand akan mendapatkan transfer teknologi terkait. Sebagian besar sistem senjata akan dirakit di Thailand oleh Weapon Production Centre’s Defence Industry & Energy Centre (WPC DIEC).

Sistem ATMG ini sebelumnya dikenal sebagai ATMOS 2000 (Autonomous Truck MOunted howitzer Syste) yang dikembangkan oleh Soltam Systems sebelum diakuisisi oleh Elbit Systems.
Sistem artileri otonom ini memiliki jarak operasi yang jauh, bergerak dan penyebaran cepat, waktu respons singkat serta dapat dioperasikan di segala medan. Sistem sepenuhnya terkomputerisasi yang menyediakan kontrol tembakan otomatis, navigasi akurat, serta akuisisi target.

Sistem SPH yang dibeli Thailand dipasang pada sasis truk buatan Ceko yakni Tatra T815 berpenggerak 6×6 yang dilengkapi mesin diesel berdaya 315 hp. Berat totalnya mencapai 22 ton dan bisa diterbangkan lewat udara menggunakan pesawat angkut C-130 Hercules.
Dioperasikan oleh empat orang awak termasuk dua orang sebagai pemasok munisi ke meriam, sistem artileri ini membawa total 32 proyektil dengan tingkat tembakan antara 4 dan 9 putaran per menit.

Kabin truk dilengkapi lapis baja yang kebal terhadap senapan serbu dan serpihan peluru artileri.
Munisi yang digunakan adalah kaliber 155 mm/52 standar NATO Joint Ballistic Memorandum of Understanding (JBMoU). Menggunakan proyektil standar L15 High Explosive (HE) jangkauannya mencapai 30 km. Bila menggunakan proyektil Extended Range Full-Bore-Base Bleed (ERFB-BB) mencapai 41 km. Sementara bila menggunakan proyektil M107 HE yang lebih tua hanya 24,5 km.
Sistem SPH ini juga dilengkapi sebuah auxiliary power unit (APU), digunakan untuk mempersiapkan kendaraan menembak, mengoperasikan elevasi senjata, dan menggerakkan sistem bantuan beban ketika mesin utama dimatikan. Howitzer dapat dioperasikan secara manual jika terjadi keadaan darurat.

Sistem senjata yang sama sebelumnya juga telah digunakan oleh AD Thailand (Royal Thai Army) yang saat ini memiliki 18 unit, diperoleh sejak tahun 2015 dan berencana akan menambah 36 unit lagi ke depannya.

Untuk sementa Marinir Thailand baru diperkuat enam unit 155mm L/52 ATMG saja, yang akan menggantikan sistem howitzer tarik 155 mm mereka yang telah uzur. Terdiri dari 12 unit tipe GC-45 dan 6 unit tipe GHN-45A1 APU buatan Space Research Corporation (SRC) Kanada yang telah beroperasi selama lebih dari 30 tahun. (Rangga Baswara)

Sumber : angkasareview.com

Posting Komentar

0 Komentar